TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
OLEH : ONGKY HIMAWAN W.W
KELAS : 1 KA 18
NPM : 15111471
URL BLOG : http://www.ongky-q.blogspot.com
Sistem Informasi
Ilmu Komputer dan Teknologi Infomasi
UNIVERSITAS GUNADARMA
A.T.A 2011 – 2012
Kata Pengantar
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunianya makalah ini dapat diselesaikan tanpa menemui hambatan yang berarti.
Makalah
ini membahas tentang manusia sebagai makhluk budaya yang spesifikasinya
meliputi akal dan budi manusia, budaya manusia, dan kebudayaan manusia, serta
etika dan estetika manusia dalam berbudaya.
Dalam
penyusunan makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Andi
Tenrisukki Tenriajeng selaku dosen Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini . semoga dengan
dibuatnya makalah ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan tentang manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan dapat diaplikasikan di kehidupan sehari –
hari . semoga makalah ini dapat bermanfaat .
Pengertian Budaya dan
Kebudayaan
Kata budaya merupakan bentuk majemuk
kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya
hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa
Sangsekerta budhayahyaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi
atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan
kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan
dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budiatau makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan
suatu oganisme hidup (living organism).Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi
oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal
dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal
(geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
Manusia Sebagai Makhluk
Budaya
Manusia adalah mahluk berbudaya.
Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk lain. Manusia adalah
makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia
harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka
bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai
kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi
kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk
menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan
Dengan
berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya.
Manusia menggunakan akal dan budinya dalam berbudaya. Kebudayaan merupakan
perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan
dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.
Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952)
menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada
dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip
Konsep
kebudayaan membantu dalam membandingkan berbagai mahluk hidup. Isu yang sangat
penting adalah kemampuan belajar. Lebah melakukan aktifitasnya hari demi hari,
bulan demi bulan dan tahun demi tahun dalam bentuk yang sama. Setiap jenis
lebah mempunyai pekerjaan yang khusus dan melakukan kegiatannya secara kontinyu
tanpa memperdulikan perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus
sibuk mengumpulkan madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram
dalam gen mereka yang berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan
lingkungan di sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu
perubahan dalam gen. Hasilnya adalah tingkah-laku lebah menjadi tidak
fleksibel.
Berbeda
dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena
kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah
dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya
untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi
kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan mencerminkan
tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia berbeda dengan
binatang, bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam cara memenuhi
kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara
manusia
dan binatang .
Ketidakmampuan
manusia untuk bertindak instingtif diimbangi oleh kemampuan lain yakni
kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat
fisik. Kemampuan untuk belajar dimungkinkan oleh berkembangnya inteligensi dan
cara berfikir simbolik. Terlebih lagi manusia mempunyai budi yang merupakan
pola kejiwaan yang di dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar,
insting, perasaan, dengan pikiran, kemauan dan hubungan yang bermakna dengan
alam sekitarnya dengan jalan memberi penilaian terhadap obyek dan kejadian.
Manusia adalah mahluk
yang berbudaya. Berbudaya merupakan ciri khas kehidupan manusia yang
membedakannya dari mahluk lain. Manusia dilahirkan dalam suatu budaya tertentu
yang mempengaruhi kepribadiannya. Pada umumnya manusia sangat peka terhadap
budaya yang mendasari sikap dan perilakunya.
Kebudayaan merupakan
induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia dalam hidup
bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan.
Ukuran etis dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan.
Manusia membutuhkan kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk
bisa menjaga kelangsungan hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang
menjaga tata aturan hidup.
Etika dapat diciptakan,
tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya dapat diciptakan dengan
beberapa persyaratan dasar, yang membutuhkan dukungan-dukungan, seperti
dukungan politik, kebijakan, kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan,
serta pelaksanaan secara konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi,
baik lokal maupun nasional di mana etika diterapkan, pengawasan, pengamatan,
dan adanya pihak-pihak yang memelihara kehidupan etika. Kesadaran etis bisa
tumbuh karena disertai akomodasi.
Berbudaya, selain
didasarkan pada etika juga terkandung estetika di dalamnya. Jika etika
menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab, estetika membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan
bagaimana seseorang bisa merasakannya .
Hakikat kodrat manusia
itu adalah :
1) sebagai individu yang
berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan karsa).
2) sebagai makhluk
sosial yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan sosial, ekonomi, politik,
budaya dan alam), dan
3) sebagai makhluk
ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik manusia haruslah sejalan dan sesuai
dengan hakikat kodratinya.
Manusia dipandang mulia
atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya. Aspek fisik bukanlah tolak
ukur bagi derajat kemanusiaannya.
Hakikat kodrati manusia
tersebut mencerminkan kelebihannya dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk
berpikir yang bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat alat karena
sadar keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen (homo faber),
manusia mampu berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo
socious) dan berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo
economicus), serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo religious),
sedangkan hewan memiliki daya pikir terbatas dan benda mati cenderung
tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum alam.
Keunggulan manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab berkat ketekunannya memantau
berbagai gejala dan peristiwa alam. Manusia tidak lagi menemukan kenyataan
sebagai sesuatu yang selesai, melainkan sebagai peluang yang membuka berbagai
kemungkinan. Setiap kenyataan mengisyaratkan adanya kemungkinan. Transendensi
manusia terhadap kenyataan yang ditemuinya sebagai pembuka berbagai kemungkinan
itu merupakan kemampuannya yang paling mendasari perkembangan pengetahuannya.
Manusia juga harus
bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu
interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan
yang berlandaskan ketuhanan. Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah
dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu
pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan
yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun
bagi bangsa pada umumnya.
Kebudayaan yang diciptakan
dan dimiliki oleh manusia mencerminkan pribadi manusia sebagai mahlu ciptaan
yang paling sempurna diantara yang lainnya. Kebudayaan yang terus berkembang di
kehidupan bermasyarakat dapat menjadi suatu tolak ukur dalam melihat betapa
berbudayanya masyarakat di dalam suatu Negara.
Dengan demikian dapat kita
katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas
kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan
menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari
pendidikan suatu bangsa.
Sebagai bangsa yang
majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang sama-sama harus
dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya nasional dan sistem budaya
etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang relatif baru dan sedang
berada dalam proses pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk
seluruh bangsa Indonesia, tetapi sekaligus berada di luar ikatan budaya etnik
lokal.
Nilai-nilai budaya yang
terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat prospektif, misalnya
kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran duniawi
melalui jalan ilmiah; penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan inovasi,
efisiensi tindakan dan waktu; penghargaan terhadap sesama atas dasar
prestasinya lebih daripada atas dasar kedudukannya; penghargaan yang tinggi
kepada kedaulatan rakyat; serta toleransi dan simpati terhadap budaya suku
bangsa yang bukan suku bangsanya sendiri.
Nilai-nilai tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan
nilai-nilai lain dari nilai-nilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai
sistem budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat
dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri bangsa secara nasional.
Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa memiliki akar.
Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi
penciptaan-penciptaan baru, seperti dalam bahasa, seni, tata masyarakat, dan
teknologi, yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya.
Kebudayaan di Indonesia sangat beragam karena
memiliki banyak perbedaan antar manusia yang berada di tanah inonesia, namun
Indonesia mempunyai semboyan bhineka tunggal ika yang diartikan walaupun
berbeda – beda tetapi tetap satu . pada setiap daerah memiliki adat istiadat
yang berbeda – beda pula, itulah yang membedakan aturan – aturan di tiap daerah
. seperti suku asmat di papua dengan pakaian khas bagi kaum laki laki yang
menggunakan koteka dan bahkan penduduknya ada juga yang tidak memakai busana,
tetapi hal itu tidak di langgar karena sudah menjadi tradisi disana . apabila
hal seperti itu ada di daerah Jakarta sudah dapat dipastikan sudah
melanggar aturan hukum yang berlaku . seperti itulah mengapa peraturan di
setiap daerah di Indonesia cukup beragam . budaya di Indonesia sangat kuat
karena adanya budaya yang turun – temurun dari nenek moyang hingga sekarang .
dan masih banyak acara adat di berbagai daerah untuk melestarikan budayanya
masing – masing daerah .
Perilaku manusia berbudaya adalah perilaku
yang dijalankan sesuai dengan moral, norma-norma yang berlaku dimasyarakat,
sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, Dan sesuai dengan hukum
Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak
menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan
baik berupa norma- norma yang ada di masyarakat maupun hokum yang berlaku.
Oleh karena itu sifat
manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap manusia khususnya bangsa
Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar dengan banyaknya budaya yang
dimiliki. Jadilah manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang menjadikan
manusia tersebut sebagai manusia yang berbudaya dan tentu manusia yang
berbudaya itu pasti juga manusia yang berpendidikan, akan tetapi sebaliknya
manusia yang berpendidikan itu belum tentu dia manusia yang berbudaya. Banyak
contoh di negara ini manusia yang pintar atau berpendidikan yang melakukan
banyak tindak kejahatan atau menyimpang contohnya seperti korupsi. Itu semua terjadi
karena mereka tidak menjadi manusia yang berbudaya Dan akibatnya mereka tidak
memiliki moral, kejujuran, Dan rasa tanggung jawab.
Karena itu jadilah manusia
yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka masyarakat akan
memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun dalam menjalani
kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan sifat manusia
yang berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar
yang memiliki jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.
Manusia dalam budaya jawa
Filosofi
budaya jawa mengajak siapapun untuk kembali menenggok jati diri,
dan mempertanyakan asal-usulnya di dunia. Seperti yang kita tahu, dalam
kosmologi Jawa, manusia berasal dari tirta sinduretno yang
keluar saat pertemuan antara lingga yoni, yang kemudian
bersemayam di gua garba. Tirta sinduretno merupakan lambang
air mani atau sperma laki-laki.
Dalam
budaya Jawa, bertemuanya lingga dan yoni merupakan
proses magis yang penuh spiritualitas. Dalam mistisme Jawa, manusia tidak hadir
sendiri di muka bumi, melainkan berempat. Kita di bumi memiliki sedulur
papat lima pancer yang merupakan saudara empat kita, kelima diri kita
sendiri. Sedulur papat lima pancer, merupakan penghormatan
pada orang tua, khususnya ibu yang sudah melahirkan kita di muka bumi. Yang
memberikan kasih sayang tiada habis-habisnya. Hitungan pasaran yang berjumlah
lima menurut kepercayaan Jawa, juga berdasar pada filosofisedulur papat lima
pancer. Filosofi sedulur papat lima pancer mengandung
pengertian bahwa badan manusia yang berupa raga, wadag, atau jasad,
lahir bersama empat unsur atau roh atau enima yang berasal
dari tanah, air, api dan udara. Empat itu masing-masing mempunyai kiblat di
empat mata arah angin. Dan yang kelima berpusat di tengah. Persamaan tempat
kiblat sedulur papat lima pancer bisa dilihat di bawah ini.
1. Pasaran
Legi bertempat di Timur. Satu tempat dengan unsur udara, memancarkan
aura putih.
2. Pasaran
Paing bertempat di Selatan. Salah satu tempat dengan unsur api, selalu
memancarkan aura sinar merah.
3. Pasaran
Pon. Bertempat di barat karena tempat dengan unsur air, memancarkan sinar
kuning.
4. Pasaran
Wage. Bertempat di utara, satu tempat dengan unsur tanah, selalu
memancarkan sinar hitam.
5. Kelima.
Yaitu Kliwon, bertempat di tengah. Merupakan tempat sukma atau jiwa
berada. Memancarkan sinar manca warna.
Dilihat
dari penangalan Jawa melalui filosofi sedulur papat lima pancer,dapat
diketahui betapa pentingnya pasaran Kliwon, karena berada di tengah
atau pusat. Pusat merupakan tempat sukma yang memancarkan perbawa atau pengaruh
kepada sedulur papat atau empat saudaranya. Satu
peredaran keblat papat kalima pancer, dimulai dari arah timur
berjalan sesuai alur perputaran jam dan berakhir di tengah. Jika
dianalogikan, sedulur papat lima pancer seperti ibu yang
sedang melahirkan anaknya. Ketika seorang ibu hendak melahirkan kita,
sebenarnya perasaan hati dan badannya menahan kesakitan marmatrti,melalui
dada. Kemudian lahir jabang bayi dari rahimnya. Setelah itu
kaluar ari-ari yang bersifat kuning, lalu keluar darah yang bersifat merah dan
tali pusar yang bersifat hitam. Marmarti, ari-ari, darah dan tali
pusar inilah yang kemudian dikenal sebagai keempat saudara kita.
Memahami manusia melalui
sudut pandang mitologi Jawa, ternyata tidak hanya pada aspek fisiologi,
melainkan lebih dari itu. Dunia Jawa merupakan bentangan mistisme dan mitologi
yang penuh kearifan luhur. Namun ironisnya, segala tradisi kebijaksanaan itu
saat ini makin terkikis dan semakin hilang. Tugas kitalah untuk terus menggali
esensi yang ada dalam simbol-simbol tradisi Jawa, lalu mentransformasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga jaman Kaliyuga yang tengah melanda negeri kita
bisa segera selesai.
KESIMPULAN
Manusia Sebagai Makhluk Budaya
adalah Manusia yang diciptakan untuk menjalankan kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Manusia harus menguasai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan
etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan
tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan dan lingkungan sekitarnya.
Daftar Pustaka :
http://www.ade-mulyanto.co.cc/